Prosesi Jamasan Jamman. |
IMAM Jam’iyyah Dzikrul Manaqib Syech Abdul Qodir Al-Jaelani KH. Mh. Suud
Wakhid menjelaskan Jamasan
adalah salah satu tradisi yang rutin dilakukan pada bulan Sura atau malam
pergantian tahun baru Islam.
“Tujuannya untuk memandikan atau membersihkan benda
pusaka,” ujar pria bergelar KRHT Purba Jati.
Bersama kerabatnya Ki Sutono Qusyairi Sumolangu
yang juga pemimpin Majelis Dzikir Tunggul Karomah, keduanya memimpin prosesi
Jamasan dibantu 11 orang. “Jamasan
ini tidak sekedar untuk memandikan pusaka, tapi mengajarkan kita pada nilai budaya
yang nyaris terlupakan,” tutur Purba Jati.
Namun, di hadapan warga dirinya juga
kembali menegaskan, kegiatan ini juga bagian dari dakwah. Yakni meluruskan pandangan aqidah di
masyarakat tentang pusaka agar tidak terjebak pada hal musrik dan kurafat.
“Mintalah pertolongan hanya kepada Allah. Tidak ada kekuatan dan tidak ada yang mampu menolong di
dunia ini kecuali Allah. Jadi, jangan meminta kepada benda pusaka untuk masalah
atau penyakit yang dihadapi,” ujarnya saat memberi sambutan.
Ki Sutono Qusyairi Sumolangu menambahkan, makna lain jamasan yakni
untuk melestarikan budaya yang kini hampir punah. Harapannya, agar generasi
muda tidak melupakan budaya para leluhurnya. “Hal ini juga untuk menambah
khasanah budaya nusantara di wilayah Tangsel,” jelasnya. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar