KRHT Purba Jati dan Ketua Panitia Ki Bagong Sofyan |
Salah satunya adalah Jam’iyyah Dzikrul Manaqib Syech Abdul Qodir Al-Jaelani (Jamman) yang pada malam 1 Muharram (13/10) menggelar Jamasan dan Parade Pusaka Nusantara. Kegiatan ini diadakan untuk menyambut tahun baru Islam 1437 Hijriyah.
Imam Jam’iyyah Dzikrul Manaqib Syech Abdul Qodir Al-Jaelani KH. Mh. Suud Wakhid menjelaskan, dalam acara tersebut, pihaknya akan mengeluarkan ratusan koleksi pribadi pusaka kuno yang dimiliki untuk dijamas. Selain itu, pusaka tersebut juga milik para kolega dan warga yang berasal dari berbagai daerah di nusantara seperti Kepulauan Riau, Surabaya, Jogjakarta, Solo, Cirebon, Bandung, Madura, Jawa Timur dan sejumlah daerah lainnya.
“Jamasan itu artinya memandikan atau membersihkan pusaka untuk merawat dan menjaga pusaka supaya tetap bebas dari karat sehingga terjaga dari kerusakan,” ujar pria yang bergelar KRHT Purba Jati ini.
Dijelaskan, banyak makna yang terkandung dalam prosesi jamasan. Selain mencuci pusaka dan menstabilkan auranya, juga untuk melestarikan budaya yang kini hampir punah. “Dulu di beberapa tempat seperti TMII sering mengadakan acara seperti ini. Tapi sekarang sudah mulai langka. Untuk itu, kita melakukan agar tradisi seperti ini tidak hilang,” ujarnya. Namun, ujar KRHT Purba Jati, tujuan terpenting dari kegiatan ini sebagai salah satu bagian dari syiar Islam.
Dari sisi dakwah, kita ingin meluruskan pandangan aqidah di masyarakat tentang pusaka agar tidak terjebak pada hal musrik dan kurafat,” ungkapnya seraya menjelaskan prosesi jamasan nantinya akan dilakukan oleh tim yang berjumlah 11 orang, dipimpin oleh KRHT Purba Jati dan Ki Ki Sutono Qusyairi Sumolangu.
Ketua Panitia Ki Bagong Sofyan menambahkan, prosesi mulai digelar pukul 21.00 Wib, diawali dengan doa akhir tahun, dilanjutkan beber dunia Wali nusantara oleh KH. Mh. Suud Wakhid alias KRHT Purba Jati. Tepat pada malam pergantian hari pukul 00.00 Wib, akan dilakukan doa awal tahun dilanjutkan jamasan.
Kegiatan ini juga akan dihadiri oleh para tokoh masyarakat, sejumlah pejabat, serta warga yang membawa benda pusakanya untuk turut dijamas. Diterangkan Ki Bagong, terakhir kali kegiatan seperti ini pernah diadakan tahun 2011 yang lalu. “Sekarang kami adakan kembali sebagai bagian untuk menambah khasanah budaya nusantara di Tangsel. Namun kegiatan ini juga akan dihadiri oleh masyarakat dari sejumlah daerah di Indonesia,” urainya. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar