Reka Saputra (tengah) saat pameran batu akik |
PROVINSI Bengkulu terus mempromosikan batu akik
andalannya Raflesia. Seperti yang terlihat dalam Pekan Batu Akik yang diadakan
di Ramayana Pamulang Tangerang Selatan belum lama ini.
Terlihat stand Bengkulu tampak ramai dikunjungi para penggemar batu akik. Yang dicari adalah Raflesia, batu akik khas Bengkulu yang namanya kian dikenal luas masyarakat.
Terlihat stand Bengkulu tampak ramai dikunjungi para penggemar batu akik. Yang dicari adalah Raflesia, batu akik khas Bengkulu yang namanya kian dikenal luas masyarakat.
Menurut Reka Saputra, Pemilik Pusaka Gemstone,
pihaknya bekerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
(Disperindagkop) Kabupaten Kaur Bengkulu memang rutin mengikuti pameran batu
akik yang diadakan di berbagai daerah di Indonesia.
“Sekarang kami berkesempatan untuk mempromosikan batu akik Raflesia di Kota Tangsel,” tutur Reka seraya menuturkan bahwa Kadis Perindagkop Kaur Agus Effendi selama ini sangat peduli terhadap pembinaan para pengrajin batu akik di wilayahnya.
“Sekarang kami berkesempatan untuk mempromosikan batu akik Raflesia di Kota Tangsel,” tutur Reka seraya menuturkan bahwa Kadis Perindagkop Kaur Agus Effendi selama ini sangat peduli terhadap pembinaan para pengrajin batu akik di wilayahnya.
Dalam ajang yang diadakan Ramayana, Chici Master
Gamstone, SM, dan Bikers Merzy Gemstone ini Reka membawa empat jenis batu akik
andalan Bengkulu yakni Red Raflesia, Orange Raflesia, Yellow Raflesia dan White
Raflesia. Batu-batu ini berasal dari Muara Sahung dan Padang Guci Kinal Kaur serta Bukit
Pangeran Bengkulu Utara.
“Potensi batu akik dari Bengkulu sangat besar dan
prospeknya sangat baik. Bahkan kini, banyak petani karet yang beralih menjadi
penambang batu akik maupun pengrajin,” jelas Reka seraya menyebut Pusaka
Gemstone miliknya saat ini memiliki 7 karyawan.
Kegairahan warga berbisnis batu akik disebabkan
harganya yang cukup tinggi. Seperti Raflesia ini, harga per kilogramnya antara
Rp300 ribu hingga Rp5 juta. Sedangkan untuk yang kualitas super, harganya
tembus di angka Rp8 juta per kilogram. Sedangkan setelah diolah menjadi batu
cincin, harganya pun luar biasa yakni antara Rp250 ribu hingga Rp25 juta per
cincin.
Dengan roadshow yang dilakukan di berbagai ajang
pameran batu akik di berbagai daerah, menurut Reka, hal ini kian mengangkat
nama Raflesia Bengkulu ke permukaan. “Saya sudah banyak mengikuti kegiatan
pameran maupun kontes batu seperti di Jakarta, Bandung dan sekarang di
Tangsel,” tuturnya.
Yang kian membuatnya kian bersemangat, selain dalam
berbagai kontes, batu Raflesia sering mendapatkan juara, juga karena dukungan
penuh dan pemerintah daerah setempat. “Seperti di Kaur, kami memiliki pusat
produksi batu akik. Para pengrajin juga mendapatkan bantuan peralatan kerja
dari Pemda dan dibina oleh BI. Kini, Pemda Kaur juga mewajibkan PNS-nya untuk
memakai batu akik asal Bengkulu sebagai bentuk promosi daerah,” tuturnya.
Panitia Pekan Batu Akik Ramayana Pamulang Chici dan Agus Sapri Djasari
menjelaskan, ajang ini memang menjadi sarana promosi berbagai daerah di
Indonesia untuk mengenalkan potensi batu akik yang dimiliki. Di sisi lain juga
untuk makin mengokohkan imej kepada masyarakat bahwa Tangsel adalah pusat batu
akik nusantara. “Karena itu, kita akan sering mengadakan kegiatan seperti ini,”
ujar duo yang dikenal sebagai “Provokator Batu” Tangsel ini. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar