Hasan, penambang bacan asal Ternate |
PESONA batu akik bacan kian memikat hati masyarakat.
Inilah yang membuat batu akik asal Ternate Maluku Utara ini kian diburu.
Harganya pun terus melambung.
Hal ini pun membawa berkah bagi Hasan, seorang penambang batu bacan asal Kelapa Pendek Ternate.
Hal ini pun membawa berkah bagi Hasan, seorang penambang batu bacan asal Kelapa Pendek Ternate.
Ia pun kini kebanjiran order. Bahkan, seringkali Pace—sapaan
akrabnya harus meninggalkan kampung halamannya selama berbulan-bulan demi
mengantarkan pesanan bacan yang ia tambang.
“Saya keliling nusantara, dari satu pameran batu akik ke pameran lain demi melayani permintaan pedagang yang ingin disuplay bahan batu bacan,” tutur Hasan kepada HobiPlus.
Saat ini ia banyak menyuplai bahan bacan ke Jakarta, Bandung, Lampung, Garut dan sejumlah daerah lain. Dijelaskan, tambang bacan milik Pace terdapat di Pulau Bacan dan Desa Doko Ternate. Dituturkan, sebelum bacan booming, di kampung halamannya, batu ini bukan dipakai untuk perhiasan melainkan untuk pondasi rumah. “Jadi, rumah-rumah warga di kampung saya itu kebanyakan pondasinya batu bacan. Kita nggak tahu kalau batu itu bakal ngetop,” ujarnya seraya mengatakan, bacan juga banyak dipakai untuk pemberat alat pancing.
“Saya keliling nusantara, dari satu pameran batu akik ke pameran lain demi melayani permintaan pedagang yang ingin disuplay bahan batu bacan,” tutur Hasan kepada HobiPlus.
Saat ini ia banyak menyuplai bahan bacan ke Jakarta, Bandung, Lampung, Garut dan sejumlah daerah lain. Dijelaskan, tambang bacan milik Pace terdapat di Pulau Bacan dan Desa Doko Ternate. Dituturkan, sebelum bacan booming, di kampung halamannya, batu ini bukan dipakai untuk perhiasan melainkan untuk pondasi rumah. “Jadi, rumah-rumah warga di kampung saya itu kebanyakan pondasinya batu bacan. Kita nggak tahu kalau batu itu bakal ngetop,” ujarnya seraya mengatakan, bacan juga banyak dipakai untuk pemberat alat pancing.
Begitu setahun lalu bacan mulai ramai diburu orang,
barulah Pace mulai serius menambang bacan di lahannya sendiri seluas dua
hektare. Dibantu oleh pekerjanya sebanyak 6 orang, ia membuat lubang-lubang
untuk mengangkat bahan bacan dari dalam bumi. Produknya kini mencapai 100 kg
per minggu untuk melayani permintaan para pedagang batu akik.
Harga bacan saat ini, untuk bahan kelas 1, per
kilogramnya dijual antara Rp90-120 juta, kelas 2 Rp50 juta ke bawah, kelas 3
Rp2,5 juta ke bawah dan kelas 4 Rp500 ribu. “Untuk yang kelas satu, jika sudah
jadi cincin, harga jualnya bisa mencapai Rp50-60 juta,” terang Pace seraya
mengatakan saat ini bacan juga sudah mulai dijual per gram dengan harga Rp10-12
ribu per gram. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar